PULANG ATAU TETAP TINGGAL
"Dilema Ketika Berada di Perantauan"
kamis, 24 april 2014.
pagi itu cahaya matahari yang menembus jendela ruang tamu membangunkanku, seakan memarahiku karena keseringan bangun kesiangan, tidak ada yang perdululi saya bangun kesiangan ataupun bangun terlalu pagi karena tidak ada yang memperhatikanku. matakupun mulai dikucek oleh kedua tangan kasarku, hanya untuk memperjelas penglihatanku ketika bangun tidur.bukakupun nampak kusut, tubuhku lalu bangkit menuju WC untuk membasuh muka yang kusut ini karena terbangun dari tidur yang tak cukup membuat staminaku menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. dirikupun kembali ke ruang tamu tempatku istirahat, beberapa menit kemudian teleponkupun berbunyi....! ternyata bapakku yang menelponku, lalu ku angkat dan ku ucapkan salam, bapakkupun membalas salam, namun telepon itu durasinya tidak sampai 1 menit, bapakku menelpon hanya menanyakan "apa kau sudah selesai ujian??" yah ujian...!! saat itu, di hari sebelumnya saya baru saja menyelesaikan tes ujian masuk di kampus UNHAS makassar. lalu pertanyaan itupun ku jawab dengan spontan " iya...!! sudah selesai" bapakkupun menanyakan kembali padaku "lalu apalagi yang kau buat disitu?" sayapun tak bisa menjawab, lalu bapakku kembali berkata, "kamu pulang saja Tanam ini pohon di kebun" terdiam beberapa detik saya pun menjawabnya dengan terbatah-batah "iii... iiiya..." setelah menjawab itu hubungan telpon itu lalu terputus, entahlah... tapi sepertinya bapakkku yang mematikannya..!!
Perlu pertimbangan yang sangat berat untuk hidup di perantauan lalu disuruh pulang ke kampung halaman, dari diluar daerah seperti ini karena : Pertama, saya paham kalau untuk hidup di makassar ini sepenuhnya masih bergantung kepada orang tua. kedua, saya paham kalau hidup di kampung orang itu sangatlah susah harus mampu mandiri. ketiga, saya paham kalau kebun kami dikampung sudah di penuhi semak belukar yang menungguku untuk di tebas oleh parang, dll
tapi memikirkan semuanya ini cukuplah menguras tenaga yang tersalur keotak hingga membuatku pusing. Mempertimbangkan ulang, untuk pulang ke kampung halaman atau tetap di perantauan hingga saat kuliah kembali dimulai, karena : Pertaman, saya masih ingin tetap disini menggali pengetahun dari buku buku yang ku baca. Kedua, jika pulang kampung maka saya harus rela menerima keterlambatan asupan materi dari buku2 yang ingin ku baca, sebab suasana daerah dikampung tidak memungkinkan saya untuk terus belajar, namun memungknkan saya untuk bekerja dan meninggalkan bahan bacaan. Ketiga, beberapa kegiatan mesti saya ikuti, proposal yang tertundapun harus kuselesaikan, juga buku yang akan saya buatkan partiturpun harus kuselesaikan yang mana semua ini memakan waktu yang tidak sedikit, baleh dikata dua minggu baru bias terselesaikan, semua ini cukup Kompleks buatku.
Inilah yang membuatku dilema saat ini, apakah jika tidak pulang saya akan dikatakan durhaka, karena mengabaikan instruksi dari seorang bapak yang telah membesarkanku? ataukah harus tetap mempertahankan egoku untuk tetap disini, di perantauan hingga kabar baik yang ku inginkanpun terdengar di telingaku (Lusus PTN dan dapat Beasiswa). semua terasa berat beban berat fisik sama halnya beban pikiran namun beban pikiranlah yang membuat kita semakin tidak efektif menjalani hai dengan baik.
Sampai saat saya menulis ini sayapun masih bingung untuk pulang atau tidak….!!!
Makassar, 24 april 2014.
"Dilema Ketika Berada di Perantauan" kamis, 24 april 2014. pagi itu cahaya matahari yang menembus jendela rua...