BERMAIN MUSIK LATATOU BISA NAMBAH ISTRI
BERMAIN MUSIK LATATOU BISA NAMBAH ISTRI –
LATATOU (Bag 1)
Siang itu aku bertemu Pak La Mali, salah
seorang pemain musik tradisional yang ada di kelurahan Gonda Baru Kota Baubau.
Kelurahan Gonda Baru ini, mayoritas di huni oleh orang Cia-cia salah satu
kelompok Etno-linguistik dan juga merupakan sub etnik Suku Buton yang tersebar
di Kepulauan Buton – Sulawesi Tenggara.
Barusaja aku duduk sekitar 10 menit di
rumahnya dan hendak menanyakan perihal keberadaan alat musik La Ta Tou, tiba-tiba
ia langsung mengajakku ke kebunnya..! “kita ke kebun saja,, di belakang rumah...!
nanti kita cerita disana..! karena saya mau ke kebun ini” katanya. Aku kemudian
mengikutinya menuju ke kebunnya. Dalam
perjalanan ia melihat ke kiri dan ke kanan, memperhatikan tumbuhan yang ada di
kebunnya.
Ia kemudian motong tumbuhan yang besar batang
pohon itu kira-kira besarnya sebesar paha anak-anak, disebut olehnya kayu Lapi atau gaba ringan. Kemudia ia membawanya ketampat datar, tempat dimana ia
biasa memotong-motong kayu untuk keperluan pembakaran (kayu bakar). “kita buat Latatou ini...!” katanya. Aku
kaget dan penasaran...! kayu seperti ini apa bisa jadi alat musik? Apa bisa
bunyi? Apa punya nada?
Pak La Mali kemudian mebelah pohon itu
menjadi dua bagian. Dan setiap bagian diukurnya menggunakan tangannya. Ia
mengukurnya dengan meletakkan bagian kayu itu dari telapak tangannya hingga
sikunya, kemudian ia memotongnya untuk belahan kayu pertama. Belahan kayu kedua
dipotongnya lebih pendek dari belahan kayu pertama begitu pula dengan belahan
kayu ketiga yang dipotongnya lebih pendek dari ukuran belahan kayu kedua.
Kemudian ia meruncingkan ujung dari belahan kayu itu. Sembari meruncingkan
ujung belahan kayu itu, ia memukul-mukul dan mendengarkan bunyi yang dikeluarkan
oleh kayu itu. Ia melakukan hal yang
sama terhadap belahan kayu pertama hingga belahan kayu ke empat untuk
membedakan nada di tiap-tiap belahan kayu itu.
Sembari memukul-mukul dan meruncingkan ujung
belahan kayu itu ia mulai bercerita. Dulu, pamannya ditahun 50an merupakan
salah seorang pemusik yang paling
terkenal dan disukai oleh masyarakat Cia-cia. Ketika ada acara, baik pesta
kampung maupun acara berembuk untuk kepentingan Adat, pamannya selalu yang
dihubungi/dipanggil untuk memainkan alat musik ini. Salah satu ingatan yang
paling membuatnya terkesan padanya adalah ketika pamannya memainkan alat musik
ini dalam sebuah acara posuo
(pingitan). Saat itu pamannya menjadi lider dalam grup musik itu. Kurang lebih
sekitar setengah jam memainkan alat musik itu, paman pak La Mali mulai dilirik
oleh orang-orang yang hadir dalam acara itu.
Seorang perempuan yang menjadi penonton
kemudian mendekat dan langsung duduk dipangkuan paman pak La Mali yang sedang
bermain musik. Orang-orang sekitar yang melihatnya tidak mempermasalahkannya,
walaupun paman pak La Mali telah memiliki isteri. Dan yang terjadi adalah perempuan
yang duduk dipangkuannya itu jatuh cinta kepadanya dan dinikahi oleh pamanya
beberapa bulan kemudian.
Tidak hanya itu, bertepatan dengan acara adat
itu (posuo), ketika sedang dalam
puncak acara di waktu tengah malam. Seorang perempuan yang sedang di pingit
(mengikuti acara posuo) dan dikurung dalam sebuah kamar berdindingakan jalaja (dinding yang terbuat dari
anyaman bambu) mebuat perempuan itu juga penasaran dengan orang yang bermain
musik itu.! Siapa gerangan yang main musik itu? Perempuan itu kemudian
membolongkan dinding jalaja yang
terbuat dari anyaman bambu itu karena ingin melihat orang yang sedang bermain
musik nan indah itu.
Karena ia tidak bisa melihat orang yang
sedang bermusik itu hanya dengan sebuah lubang, perempuan itu kemudian merobek
dinding itu disusul dengan teriakan. Al hasil, heboh acara pada saat itu,
perhatian orang-orang tertuju pada perempuan itu dan pada para pemusik.
Akhirnya perempuan itu bisa melihat orang yang bermain musik dan ia pun kembali
dikurung dalam ruangan itu dengan penjagaan ketat oleh para dukun wanita yang
disebut oleh orang Buton dengan sebutan Bhisa.
Setelah kejadian itu (sesudahnya dipingit) perempuan yang merobek dinding itu
kemudian sering datang kerumah paman pak lamali, hingga akhirnya dinikahi pula
olehnya. Hingga akhir hayat, Paman pak Lamali mempunyai istri empat orang yang
hampir semuanya jatuh cinta berkat alunan musik yang ia mainkan.
Sebagai orang yang pernah bermain musik, aku
bisa membayangkan hal itu terjadi sebab, di akhir tahun 2010 aku pernah bermain
biola didepan banyak orang dan seorang perempuan tertarik padaku sampai
akhirnya aku menjalin hubungan dengannya, ia berkata padaku bahwa ia jatuh
cinta padaku karena senang ketika melihatku bermain Biola. Aku menjalin
hubungan dengannya tidak lebih dari seminggu (tiga hari), sebab saat menjalin
hubungan dengannya aku berkata padanya bahwa aku tidak mau lagi bermain biola
dan akhirnya hubungan kami selesai....! kata anak muda saat itu “Loe Gue End”...!
Hahaha... ini sungguh kenyataan...! Bermusik itu bisa membuat orang Jatuh
Cinta.
Setelah pemotongan selesai, kemudia Pak La
Mali mulai bermain dengan potongan kayu yang ia buat tadi, dan hasilnya
membuatku terpesona...!! tiga nada yang ia mainkan mengalun dengan indah. Ia
kemudian memberiku sebuah potongan kayu lalu mengajariku cara memukul kayu itu
sebelum kami bermain bersama. diakhir permainan aku kemudian bertanya pada pak
La Mali.! “Kalau bapak sudah berapa istrinya?” ia kemudian menjawab sambil
tertawa...! “istri saya baru satu, kalau nambah... nanti mamanya marah..
hahae...”
Penggalan Video saat kami bermain bersama
dapat dilihat di video ini:
BERMAIN MUSIK LATATOU BISA NAMBAH ISTRI – LATATOU (Bag 1) Siang itu aku bertemu Pak La Mali, salah seorang pemain musik tradisional...